Jumat, 29 Desember 2017

gaya hidup atau kebutuhan untuk hidup?

lagi-lagi.
masa-masa transisi ini membuat saya berpikir.
kali ini tentang apa yang nantinya akan saya pilih, dan sedang saya lalui.

Bekerja.
kalau menurut KBBI kerja adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah/ mata pencaharian.
yap. bukannya bekerja itu untuk mencari nafkah? bertahan hidup, supaya tidak bergantung oleh orang lain, terutama orangtua. belajar mandiri. dan dapat menghidupi, minimal makan dari uang sendiri.
tapi belakangan ini yang saya lihat, bekerja bukan lagi masalah mencari nafkah, bukan lagi hanya sekedar bagaimana bisa menghidupindiri sendiri, tetapi lebih kepasa gaya hidup. sehingga sering memandang sebelah mata pekerjaan-pekerjaan kecil yang padahal tujuannya adalah sama, mencari nafkah.
seolah-olah di era sekarang ini, kerja itu ya kerja kantoran. memakai id card, di depan komputer,  dan memiliki meja sendiri. selain itu, seolah olah bukan sebuah pekerjaan. atau disebut pekerjaan namun berada di tingkat bawah dan selalu dipandang sebelah mata.
padahal apa salahnya jadi waiter? jualan? masak? mengajar? youtuber? selebgram? penjaga toko? dan banyak hal lainnya. bukannya cara-cara tersebut juga halal? sama-sama bertujuan mencari nafkah.

bagaimana jika, tempatmu memang bukan disebuah kantor, jalanmu bukan menjadi wanita karir, dan rezekimu bukan berasal dari gedung-gedung tinggi tersebut. tapi kamu begitu ingin dan mengagumi bekerja didepan komputer. 
kita, terutama saya, tidak bisa mengelak apa yang sudah tuhan berikan, jalan apa yang sudah tuhan buka untuk kita. semakin mencari dan mengikuti gaya hidup zaman sekarang, semakin tersesat kita nantinya. karena gaya hidup saat ini semakin liar, semakin kita mengikutinya, semakin gila pula kita dibuatnya, seperti tak ada batas untuk merasa puas dan bersyukur, sehingga selalu ingin mencari lebih,
begitu banyak menuju jalan untuk mencari nafkah, hanya saja bagaimana kita bisa membuka mata dan mengambil kesempatan di setiap cela yang ada. memanfaatkan potensi yang ada, memaksimalkan kemampuan yang dimiliki, dan tentu terus berikhtiar dan bertawakal kepada tuhan.

semoga kita berada pada golongan orang-orang yang pandai bersyukur. Aamiin.


Selasa, 26 Desember 2017

"jangan pernah merasa tersisihkan, terabaikan, bahkan terlupakan. karena sesungguhkan akan ada seseorang yang ingin menemani mu di saat terpuruk sekalipun, asal kamu ingin terbuka, maka jangan biarkan kamu menenggelamkan dirimu sendiri dan menghilang"
-hashtag Fatimahberbicara

Selasa, 12 Desember 2017

Hasil dari sebuah ikhtiar dan tawakal

saya memiliki seorang teman, belum lama kami kenal, mungkin baru hampir dua tahun kami kenal. tapi setiap saya bertemu dan berbincang dengannya, saya selalu mendapatkan "ilmu" yang berharga dari sosok dirinya.

dia memang seseorang yang "luar biasa", dia selalu punya tempat di "hati" setiap orang yang mengenalnya.
seseorang yang cukup berpengaruh pada masa kuliahnya, dan selalu berkesan bagi sahabat dan teman dekatnya. mari kita sebut saja dia, aryo.

aryo memang orang yang senang bercerita, entah karena label saya yang "anak psikologi" atau memang dia senang bercerita tentang kisahnya. kami kenal dalam sebuah kelompok. disetiap ada kesempatan untuk "berdua" dengan saya, aryo selalu bercerita, apapun itu, lebih sering mengenai "perjalanan hidup"nya, tentang keluarganya, pemikirannya, pengalamannya, sahabatnya, keinginannya, kampung halamannya, dan apapun itu yang ingin dia ceritakan.
atau mungkin cerita itu disampaikan supaya kita selalu ada bahan obrolan, entahlah.
kadang juga hanya bercanda gurau atau karokean dijalan gak jelas.

tapi saya selalu senang mendengarkan ceritanya yang selalu penuh dengan warna. dia selalu semangat untuk bercerita dan memastikan kalau saya benar-benar mendengarkan ceritanya.
tapi ada suatu cerita, kisah, perjalanannya yang saya ikuti beberapa bulan belakangan ini, yang menurut saya hal ini harus saya selalu ingat dan saya tulis.

kami bukan seorang teman yang setiap hari bertemu, sering bertemu, atau saling berkabar. kami memiliki kesibukannya masing-masing. apalagi satu tahun ini kami disibukkan oleh skripsi kami masing-masing. kami hanya bertemu jika "kelompok" kami bertemu.

aryo memang sudah lulus lebih dulu dari saya, tapi aryo tetap stay di semarang sambil mencari pekerjaan. suatu hari, aryo mengirim pesan singkat kepada saya yang pada intinya dia ingin bertemu dan bercerita. lalu pergilah kami ke suatu tempat dan aryo mulai bercerita

sebelumnya saya memang tau kalau aryo belakangan ini memang sedang "hijrah". aryo mulai meninggalkan dunia "media sosial" terutama instagram yang bahkan sampai saat ini saya belum bisa meninggalkannya. padahal sebelumnya, aryo sangat aktif di media sosial.
maka dari itu kami teman sekelompoknya bertanya-tanya ada apa dengan aryo yang tiba-tiba menghilang, kami jadi tidak tahu sama sekali bagaimana kabar aryo saat ini, karena satu-satunya media untuk mengetahuinya adalah "update-an" instagramnya.

dan setelah saya bertemu aryo, ternyata selama aryo meninggalkan dunia media sosial, banyak hal yang mengagumkan yang dia lakukan, dia lebih sering mentafsir al-qur'an, mencari dan mendalami ilmu agamanya, terutama yang berhubungan dengan gelarnya. 
dan dia berikhtiar dan bertawakal mengenai pekerjaannya yang belum tahu itu apa

dia sempat keterima disebuah lembaga sosial yang cukup besar, bahkan sayapun sangat ingin masuk kedalamnya, dari puluhan ribu orang yang mendaftar, aryo masuk ke 10 orang yang keterima. hal ini yang membuat aryo ingin bercerita dengan saya.
tapi dia tidak mengambil kesempatan emas ini, yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup, sebagian besar orang yang mendengar jika ada seseorang yang gak ngambil lembaga ini pasti akan bilang "orang bodoh mana yang udah masuk tapi gak diambil???? buat apa dia ikut tes masuk?? kok bisaaaa." pasti semua heran mendengarnya, pun saya juga begitu, saat pertama mendengar mendegarnya, apalagi dia hanya membuka dengan "aku dapet disini, tapi gak aku ambil" tersentak saya terdiam, dan berkata dalam hati, "kok bisa gak di ambil??? masuk sana kan susah bangeettt, wah gila ni orang, sombong bener." 
namun hal tersebut tidak diambil olehnya karena ibunya tidak mengizinkannya, galau bukan main. saya tau betul bagaimana rasanya, hal tersebut juga terlihat dari raut wajahnya. suatu hal besar yang bahkan ribuan orang berharap bisa masuk dan menjadi bagiannya, tapi ketika sudah didepan mata, tapi gak bisa ikut karena kendala izin orangtua, bagimana perasaanmu??
ternyata ibunya masih ingin supaya aryo tetap fokus mencari pekerjaan yang sesuai dengannya.

dari pertemuan itu saya belajar bahwa, sebesar apapun keinginanmu, utamakanlah orangtuamu, karena, ridho orangtua adalah ridho Allah juga.

aryo tetap mengikuti tes, walaupun dia ragu dengan pilihannya karena hasil pencarian ilmu agamanya mengatakan bahwa apa yang dia ambil ini masih belum jelas hukumnya, apakah pekerjaan yang dia inginkan ini akan membawanya ke surga atau neraka. itu yang selalu dia tekankan. Masya Allah.

selang beberapa bulan, kami bertemu kembali. 
saya tahu betul aryo adalah orang yang cerdas dan pintar, bahkan untuk mengikuti tes nya, aryo berkali kali latihan dan selalu berhasil pada setiap latihannya. namun entah Allah merencanakan apa, aryo merasa saat tes berlangsung apa yang dia pelajari berbeda dengan soal yang dia hadapai sat tes, bahkan soal aryo berbeda dengan teman-temannya yang juga mengikuti tes tersebut. "mungkin Allah lagi rencanain hal besar buat aku kali ya" begitu katanya. aryo sudah berikhtiar, dan sekarang waktunya untuk bertawakal dengan apapun hasil yang diberikan nanti.

dipertemuan selanjutnya, ternyata dia hanya kurang satu soal untuk bisa ikut ke tahap selanjutnya, lagi-lagi dengan pemikirannya yang positif, aryo bilang, "mungkin Allah mau nunjukkin ke aku, iya aku emang bisa, tapi tempat kamu ga disini" karena rasanya sesak sekali hanya kurang satu nomor saja maka seharusnya dia bisa lanjut.
dibalik tes tersebut, ternyata dia juga mengikuti tes di tempat lainnya, saya tidak tahu betul perusahaan apa itu, tapi dari cerita aryo, perusahaan ini memberikan benefit yang luar biasa, bahkan baru tes saja sudah di biayai.
kami kira ini akan menjadi perbincangangan panjang kami yang terahkir, karena pertemua ini dilakukan sehari saat saya wisuda, dan sudah tidak memiliki alasan khusus lagi untuk kembali ke semarang.
aryo meminta doa, karena aryo sedang dalam tahap terakhir untuk dapat masuk ke perusahaan ini. dan segala ucapan perspisahan lainnya, serta kenang-kenangannya.

tak sampai seminggu setelahnya, ternyata Alhamdulillah bisa masuk ke perusahaan tersebut, aryo berangkat ke jakarta untuk menjalani pelatihan selama sebulan sebelum ditempatkan diluar pulau. kamipun merencanakan untuk bertemu lagi, mungkin benar-benar untuk yang terakhir. karena aryo akan meninggalkan pulau Jawa untuk jangka waktu yang lama, dan entah apa yang terjadi ke depan.

namun tak disangka, pertemuan terakhir ini akan menjadi pertemuan sangat berharga untuk saya, pertemuan ini memberikan saya banyaaak sekali pelajaran dari aryo.

"aku gak nyangka bakal dapet disini, bahkan ini jauh banget dari ekspektasi aku"
dengan segala ikhtiar dan tawakalnya, setelah tujuh bulan berjuang mencari pekerjaan, dengan segala tantangan, dan usaha untuk selalu memperbaiki diri, ternyata Allah memang mempersiapkan aryo untuk ditempatkan di perusahaan ini.
bukan hanya gaji yang besar dan tunjangan yang sangat banyak dan menguntungkan, tetapi Allah ingin aryo bekerja ditempat yang memiliki lingkungan yang baik, agar aryo akan selalu dekat kepada-Nya. Masya Allah.
ditempat kerja aryo memiliki lingkungan yang baik, atasan yang baik dan memiliki satu pemikiran dengannya, rekan kerja yang baik, bahkan, ditempatnya bekerja sangat mengutamakan sholat dan ibadah lainnya, bukan hanya mengejar keuntungan, tapi juga mendekat diri kepada Allah.

kalau di ingat kembali bagaimana perjuangannya, saya masih sangat terharu, seorang aryo yang dulunya sangat idealis, dan sangat jauh dari agamis, bisa menjadi aryo yang sangat hebat. bahkan saya suka malu sendiri kalau aryo menceritakan tentang ke-hijrah-annya.

"dan berikanlah kabar gembira kepada orang-oranga yang sabar" (QS Al.Baqoroh:155)

aryo menyampaikan ayat itu, dan selama masa tawakal dan ikhtiarnya, aryo selalu percaya bahwa akan ada hal besar yang akan menantinya kalau dia terus bersabar, berikhtiar dan berwakal kepada Allah. dan kabar gembira itu benar adanya :')

di pertemuan yang mungkin menjadi pertemuan terakhir kami ini, aryo juga menyampaikan mimpi-mimpinya kedepan, yang membuat saya berdecak kagum "saya hanya butiran debu jika dibandingkannya"
niat-niat nya memang sangat mulia dan baik, bahkan saya tidak berpikir untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya.
dan darinya saya belajar, kalau suatu hal kita niatkan karena Allah, insyaAllah akan mendapatkan hal-hal yang juah lebih baik dari ekspektasi kita, apapun itu jalannya.

dari sekian banyaknya cerita yang kami bagi kemarin, aryo berpesan, yang saya rangkum, "selama belum dapet apa-apa, sabar aja dulu, berikhtiar sekuat mungkin, jangan gampang menyerah, lakukan hal-hal apapun yang kamu suka, asalkan sedikit mudharatnya, jangan ngikutin orang lain, tetap jadi diri sendiri, cari tahu tentang banyak hal"

yap, begitulah kisah aryo dengan segala ikhtiar dan tawakalnya, serta hasilnya yang sangat mengagumkan.
semoga saya selalu dikelilingi dengan orang-orang seperti aryo, yang selalu memberikan energi positif, selalu ada semangat baru dan keinginan untuk selalu lebih baik. aamiin.

Minggu, 10 Desember 2017

#TB SKRIPSI (1)

suatu hal yang sangat krusial.
dulu, sebelum gue mengerti apa itu skripsi, gue berpikir, emang skripsi sesulit itu ya? 
harus selama itu ya ngerjainnya?
bukannya kayak ngerjain tugas kayak kuliah biasanya?

iya, skripsi emang hanya sebuah "tugas" dan syarat untuk lulus dari perguruan tinggi
tapi ternyata lebih dari itu.

dari skripsi gue belajar buaaanyaaakk banget. 

walaupun gue udah selesai ngerjain sejak, hampir setengah tahun yang lalu. tapi gue merasa sangat butuh untuk menulis mengenai skripsi gue untuk gue kenang di masa yang akan datang. tsah
biar gue bisa menghargai diri gue dan karya gue, bahwa gue pernah berjuang sebegitunya untuk mendapatkan sesuatu. hahaha engaa. engga selebay itu

entah mau mulai darimana, semoga cerita ini bisa mengalir dengan baik dan dapat dimengerti

dari semester 3 (kalau ga salah) gue sudah sangat bertekad, skripsi gue harus tentang PIO (Psikologi Industri dan Organisasi) karena kebetulan waktu matkul itu, gue dapet dosen yang asyik, yang bener-bener easy going, dan gue merasa "gue banget". cerita-ceritanya selalu membuat gue semakin, gue mau PIO, PIO gue banget nih.
karena emang dari kecil, entah kenapa gue bercita-cita menjadi wanita karier. wanita kantoran, gak ngerti kenapa :)
gue seneng sibuk, dari dulu sampe sekarang gue masih melihat wanita kantoran itu waw banget.

tapi ternyata pas semester 7 gue dapet dosen seminar proposal yang gak gue banget. bertolak belakang. dan apapun yang gue kerjakan pasti salah dan selalu di bolak balik.
gue lelah, dan ngebuat sempro gue yaudah seadanya banget. yang penting gue kerjain, dan dosen setuju. dah itu. jauh dari pio, dan jauh dari konsep gue.

tapi gue bertekad, semester depannya pas ambil skripsi, gue harus dapetin dosbing yang enak, yang gue banget dan ngerjain sungguh-sungguh. soalnya gue udah main-main pas sempro. eh ga main-mian juga sih, maksudnya "gak pake hati" hahaha
gue harus bekerja lebih banyak lagi karena pas skripsi gue ngulang dari awal, gak kayak yang lain karena udah lanjutin dari sempro.

dari sebelum liburan semester 7 gue sudah sangat teramat galau, harus milih dosen siapa, gue mau pio, tapi sempro gue bukan pio, gue ga ada modal apa-apa. gue sampe menunda kepulangan gue karena gue gamau semakin galau dan gak ngelakuin apa-apa kalau dirumah.
akhirnya karena bermodal tanya sana sini, akhirnya gue menetapkan untuk mau "melamar" dosen PIO gue untuk jadi dosen pembimbing gue

itu, literally, kayak ngelamar orang kali ya... deg-degan parah, gue masih bisa merasakan hal itu saat ini wkwkkw
pertama chat gue udah dibilang, itu tergantung biro skripsinya ngizinin apa engga. gue takut. karena ini kayak "siapa cepat dia dapat" dosen itu
kalau lo gak punya modal, gak kenal deket sama dosen itu dan lo terlambat, lo akan terlempar kepada dosen-dosen "sisaan"

akhirnya gue memberanikan diri untuk chat dosen PIO gue kalau gue mau jadi anak bimbingannya, sebelum itu, gue berkali-kali liat beliau sliwuran depan mata gue, gue gak sanggup untuk membuka mulut untuk skesdar ngomong, "bu, saya mau membicarakan mengenai skripsi saya, apakah ibu ada waktu?" dah itu aja.
tapi berkali-kali gue ke kampus cuman liat beliau ada apa engga doang. tanpa berani untuk nyegat dan nyapa beliau.
iya, gue orangnya se nervous itu hahaha

akhirnya sudah dimasa ujung liburan, yang dosen juga udah pada ambil cuti, kebetulan beliau juga natalan, jadi cuti lebih awal.
akhirnya gue berani nge WA beliau, dan beliau hanya menjawab, yaudah daftar ke biro skripsi aja dulu, dan liburan dulu.

sedikit lega tapi juga was-was apa gue bisa jadi bimbingan beliau? apa gue dapet slot di beliau.

to be continue...

Sabtu, 02 Desember 2017

Satu titik satu koma

Maka kataku:

"Jika aku adalah bait puisi, maka kau adalah titik. Tempatku mengakhiri segala jalan cerita yang pelik."

Balasnya:

"Biarkan aku menganggapmu sebagai koma, tempatku mengambil jeda atas larik-larik nestapa. Hingga pada akhirnya koma terakhir yang aku berikan ialah pada kalimat 'Ya, aku bersedia.'"


#9996Series

Bahkan menjawab pertanyaan “Apa Kabar?” mu saja aku tak sanggup